Rabu, 05 Desember 2018

Dia perempuan

. tidak apa-apa sekarang dia akan baik-baik saja meskipun memang tak ada kondisi yang benar-benar baik dari seseorang. Akhir ini dia tidak tahu kenapa kecemasan ini menjelma menjadi dirinya, kadang ia sangat mencekat, kadang juga mencekik. Beberapa berubah menjadi keresahan yang meresahkan, tak apa bila dia dikatakan perempuan cengeng karena memang tak ada kata yang cukup untuk ia katakan, membiarkan embun yang menggenang di ujung matanya lolos turun itu cukup mewakili. Ada hembusan getir pada tiap aduan akan kesakitan yang menggerogoti relung hatinya.
Ada resah yang sayangnya tak dapat ia bagi kepada siapapun, beberapa kali diafragmanya pernah menyempit, berebut mengais udara padahal ia tak berlomba , volkadot hitam itu beramai-ramai merangsak masuk dalam kepalanya,
Percayalah dia mencoba berdiri diatas kakinya yang reyot itu, dia terjebak dalam diorama tak berujung.
Setelah hari-hari berat melelahkan tak banyak yang dia inginkan, dia hanya ingin suatu hari nanti saat dia perlahan menghilang sebagai sesuatu yang diterka semesta ingatlah meski hanya sepintas sebagai memori baiknya, ketika dia tak juga menyapa bukan berarti dia lupa, dia hanya sedang berusaha menutupi diri bahwa sebenarnya dia berada pada keadaan paling bawah, keadaan dimana ia tak begitu baik.
Mungkin dia sedang berjuang merangkak mengais-ais sesuatu yang dapat membuatnya lebih bisa bertahan hidup, mencari sekeping memori agar dia bisa menampakkan lengkungan bibirnya. Harapannya kelak masih ada segelintir orang yang masih mau menanyakan kabarnya, atau sekedar menanyakan apakah dia makan dan hidup dengan baik hari ini. Dia ingin minta maaf atas segala torehan luka yang dia ciptakan pada orang sekitarnya.

Kepada saudaraku kak Riekina dan Yustina terimakasih pernah memberi uluran tangan padaku, terimakasih telah meminjamkan bahumu untuk aku sandari.

Kimm 5 Desember 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar