Kepada Jung Hoseok : aku ingin berjumpa denganmu. Tentu bukan di sebuah tempat yang gemerlap serupa matamu. Bukan juga pada tempat yang bingar serupa panggungmu.
Melainkan disebuah pondok sederhana yang kita sebut rumah. Kita akan bercengkrama tentang daging-daging yang diasapkan, sawi yang difermentasi, atau tentang sup rumput laut, mungkin ?
Kepada Jung Hoseok, aku mau bercerita padamu tentang cerita yang tak akan habis, cerita tentang anak perempuan berambut ikal yang ingin menyentuh langit, katanya ia mau mencairkan satu bintang untuk ia persembahkan kepada seseorang yang dicintainya. Cerita yang kita tidak tahu akhirnya,cerita yang selalu engkau pisahkan subjek, predikat, dan objeknya. Lalu saat kau menemukan titik terang dari akhir ceritanya, kau akan tertawakan aku sebab kau lihat aku mengeja sampai otakku mendidih aku tak temukan jawabannya. Aku kalah.
Lalu aku jadi angin. Aku jadi angin yang merengkuh tubuhmu yang menjulang. Mungkin aku perlu bermeter-meter atau lebih untuk mengukur tinggimu. Akhhh, aku pusing, yang aku tahu bahwa aku ingin bercerita denganmu lebih lama, menyatu denganmu jadi kesatuan yang mendobrak fluktuasi diluar angkasaku. Menjelma jadi cerita yang membuatku ternyuh.
Jung Hoseok, jika ada cerita lagi, aku mau bercerita denganmu lebih lama dari ini.
Kepada Jung Hoseok : dapatkah aku terus mengenangmu dengan keterbatasan, dengan cinta yang mengaksara, dan rindu yang beraroma?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar